Kepada
Yth. Bapak Presiden Republik Indonesia
Bapak Presiden yang terhormat, pertama kami sampaikan selamat Tahun Baru 2011, semoga di tahun 2011 nanti keadaan negeri ini semakin baik, kedua berbahagialah bapak Presiden seandainya bapak membaca tulisan ini selain tidak dipungut biaya sepeserpun, juga merupakan cerminan keinginan saya sebagai warga Negara yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan warga Negara lainya bahkan mungkin mempunyai keinginan yang sama.
Bapak Presiden hari ini hari terakhir di tahun 2010, atau dua hari setelah kegagalan Garuda meraih Piala AFF Suzuki Cup, banyak pengamat mengatakan kegagalan Garuda akibat politisasi yang dilakukan pengurus PSSI. Tim Nas Garuda terlalu dibebani oleh hal-hal diluar sepakbola. Salah satunya Nurdin membawa Tim Nasional ke kediaman Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie sebelum bertanding pada putaran final. Disaat kegembiraan saya dan seluruh rakyat Indonesia memuncak tiba tiba Nurdin menyampaikan wacana menaikan tiket final, walaupun hal itu tidak terjadi tetapi yang lucu mereka katakan dengan angkuhnya, baik Ketua Umum PSSI dan Sekjen Golkar Idrus Marham, tiket diturunkan oleh Aburizal Bakrie. Sebagai bagian dari warga dunia yang sedang gencar gencrnya memerangi korupsi, malah di negeri ini masih ada pemimpin yang mantan narapidana koruptor lagi, bukan melarang mantan narapidana berkiprah di PSSI, tapi mantan koruptornya itu lho yang bikin saya jadi mual. Bahkan sebagai sanksi ; organisasi apaun di Indonesia tertutup untuk para koruptor dan mantan koruptor.
Bapak Presiden, saya tinggal di Ciawi Bogor, hari ini lalulintas di ciawi arah ke puncak padat dan macet. Banyak sekali warga Jakarta dan sekitarnya yang inging merayakan pergantian tahun di Puncak. Tetapi bagi saya pergantian tahun hanyalah pergantian gambar kalender penghias ruangan saja yang tadinya gambar artis Indonesia sekarang berganti jadi gambar Tim Nas Garuda. Mau bagaimana lagi saya tidak punya uang, usaha kecil mainan anak-anak yang dulu diharapkan menjadi tumpuan dapur kami sekarang kolaps diserbu mainan anak-anak dari China, penyebannya karena kebijakan ekonomi pemerintahan Bapak Presiden juga. Tapi saya tidak berkecil hati mungkin suatu saat nanti Bapak mengeluarkan kebijakan yang lebih berpihak kepada kami. Mungkin bisa dibilang keadaan saya lebih baik kalu dibandingkan dengan saudara-saudara kami di Aceh, Nias, Yogyakarta, Wasior, Sidoarjo yang sampai saat ini belum bisa ditangani sepenuhnya, mereka masih banyak yang tidak punya rumah, bahkan generasi penerus mereka terancam masa depanya karena tidak lagi bisa bersekolah, tidak bisa mendapat pendidikan yang lebih baik dari orang tua mereka.
Bapak Presiden, harus kemana lagi kami mencari kebahagiaan, seolah olah di negeri ini tidak ada lagi yang berpihak kepada kami, lihatlah lembaga-lembaga penegakan hukum di negeri ini semuanya telah telah terkontaminasi virus korupsi baik itu kepolisian, kejaksaan dan lembaga lembaga lainnya. Di negeri permai ini, cinta hanyalah kata-kata sementara benci menjadi kenyataan. Kita enggan berbagi kebahagiaan, sebab kemalangan orang lain adalah sumber utama kebahagiaan kita. Pak Presiden, inilah kenyataan memilukan yang kita hadapi, karena kita hidup tanpa cinta maka bahagia bersama menjadi langka.
Bapak Presiden, saya juga sesekali mengikuti perkembangan kepemimpinan Bapak selama ini baik melalui siaran TV (Tv yang presenternya cantik, dan katanya mantu salah satu meneri di cabinet Bapak jilid I,) maupun media cetak. Walaupun sedikit yang dimengerti, tapi ada hal yang menarik yang disampaikan oleh salah satu media tersebut dan ada kemiripan dengan dengan pemikiran saya. Banyak hal yang telah dan sedang dilakukan oleh pemerintahan yang bapak pimpin, banyak keberhasilan yang telah dicapai tetapi ada pula hal yang perlu diperbaiki, saya tidak akan menyampaikan hal yang telah dicapai tetapi hanya ingin menyampaikan hal-hal yang perlu diperbaiki (maaf kami menyebutnya kegagalan, seperti kalimat yang disampaikan media tersebut) oleh bapak presiden bersama aparat yang berwenang lainnya, hal tersebut tersebut :
1. Kegagalan kedaulatan dan ketahanan ekonomi nasional. “Hal ini terlihat dari ketidakmampuan pemerintah dalam melindungi kekayaan alam dari eksploitasi dan penguasaan asing.
2. Kegagalan melindungi industri kecil dan menengah dengan memberlakukan perjanjian perdagangan bebas atau Free Trade Agreement Asean-China.
3. Kegagalan menegakkan negara hukum yang ditandai dengan kemerosotan wibawa aparatur penegak hukum serta skandal korupsi politik yang diduga melibatkan unsur-unsur yang terkait dengan pemerintah.
4. Kegagalan mensejahterakan dan melindungi petani, buruh, nelayan, kaum miskin perkotaan dan buruh migran.
5. Kegagalan mencerdaskan kehidupan bangsa dan menyehatkan bangsa
Bapak Presiden, demikian surat dari saya. Sebenarnya Bapak berada pada pihak yang diuntungkan dengan surat ini, surat ini sebagai konseling gratis dan bukan suara para pembual yang ongkang-ongkang terima duit dan sewa rumah dan fasilitas lainnya sedangkan kerjanya cumin tidur dan tandatangan kehadiran, tetapi surat ini dari saya untuk bapak pemimpin tertinggi Republik ini.
Ciawi, 31 Desember 2010
TTD
Alan Sutarlan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar