Jumat, 31 Desember 2010

Surat Untuk Presiden


Kepada
Yth. Bapak Presiden Republik Indonesia

Bapak Presiden yang terhormat, pertama kami sampaikan selamat Tahun Baru 2011, semoga di tahun 2011 nanti keadaan negeri ini semakin baik, kedua berbahagialah bapak Presiden seandainya bapak membaca tulisan ini selain tidak dipungut biaya sepeserpun, juga merupakan cerminan keinginan saya sebagai warga Negara yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan warga Negara lainya bahkan mungkin mempunyai keinginan yang sama.

Bapak Presiden hari ini hari terakhir di tahun 2010, atau dua hari setelah kegagalan Garuda meraih Piala AFF Suzuki Cup, banyak pengamat mengatakan kegagalan Garuda akibat politisasi yang dilakukan pengurus PSSI. Tim Nas Garuda terlalu dibebani oleh hal-hal diluar sepakbola. Salah satunya Nurdin membawa Tim Nasional ke kediaman Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie sebelum bertanding pada putaran final. Disaat kegembiraan saya dan seluruh rakyat Indonesia memuncak tiba tiba Nurdin menyampaikan wacana menaikan tiket final, walaupun hal itu tidak terjadi  tetapi yang lucu mereka katakan dengan angkuhnya, baik Ketua Umum PSSI dan Sekjen Golkar Idrus Marham, tiket diturunkan oleh Aburizal Bakrie. Sebagai bagian dari warga dunia yang sedang gencar gencrnya memerangi korupsi, malah di negeri ini masih ada pemimpin yang mantan narapidana koruptor lagi, bukan melarang mantan narapidana berkiprah di PSSI, tapi mantan koruptornya itu lho yang bikin saya jadi mual. Bahkan sebagai sanksi ; organisasi apaun di Indonesia tertutup untuk para koruptor dan mantan koruptor.
Bapak Presiden, saya tinggal di Ciawi Bogor, hari ini lalulintas di ciawi arah ke puncak padat dan macet. Banyak sekali warga Jakarta dan sekitarnya yang inging merayakan pergantian tahun  di Puncak. Tetapi bagi saya pergantian tahun hanyalah pergantian gambar kalender penghias ruangan saja yang tadinya gambar artis Indonesia sekarang berganti jadi gambar Tim Nas Garuda. Mau bagaimana lagi saya  tidak punya uang, usaha kecil mainan anak-anak yang dulu diharapkan menjadi tumpuan dapur kami sekarang kolaps diserbu mainan anak-anak dari China, penyebannya karena kebijakan ekonomi pemerintahan Bapak  Presiden juga. Tapi saya tidak berkecil hati mungkin suatu saat nanti Bapak mengeluarkan kebijakan yang lebih berpihak kepada kami. Mungkin bisa dibilang keadaan saya lebih baik kalu dibandingkan dengan saudara-saudara kami di Aceh, Nias, Yogyakarta, Wasior, Sidoarjo yang sampai saat ini belum bisa ditangani sepenuhnya, mereka masih banyak yang tidak punya rumah, bahkan generasi penerus mereka terancam masa depanya karena tidak lagi bisa bersekolah, tidak bisa mendapat pendidikan yang lebih baik dari orang tua mereka.
Bapak Presiden, harus kemana lagi kami mencari kebahagiaan, seolah olah di negeri ini tidak ada lagi yang berpihak kepada kami, lihatlah lembaga-lembaga penegakan hukum di negeri ini semuanya telah telah terkontaminasi virus korupsi baik itu kepolisian, kejaksaan dan lembaga lembaga lainnya. Di negeri permai ini, cinta hanyalah kata-kata sementara benci menjadi kenyataan. Kita enggan berbagi kebahagiaan, sebab kemalangan orang lain adalah sumber utama kebahagiaan kita. Pak Presiden, inilah kenyataan memilukan yang kita hadapi, karena kita hidup tanpa cinta maka bahagia bersama menjadi langka.
Bapak Presiden, saya juga sesekali mengikuti perkembangan kepemimpinan Bapak selama ini baik melalui siaran TV (Tv yang presenternya cantik, dan katanya mantu salah satu meneri di cabinet Bapak jilid I,) maupun media cetak. Walaupun sedikit yang dimengerti, tapi  ada hal yang menarik yang disampaikan oleh salah satu  media tersebut dan ada kemiripan dengan dengan pemikiran saya. Banyak hal yang telah dan sedang dilakukan oleh pemerintahan yang bapak pimpin, banyak keberhasilan yang telah dicapai tetapi ada pula hal yang perlu diperbaiki, saya tidak akan menyampaikan hal yang telah dicapai tetapi hanya ingin menyampaikan hal-hal yang perlu diperbaiki (maaf kami menyebutnya kegagalan, seperti kalimat yang disampaikan media tersebut) oleh bapak presiden bersama aparat yang berwenang lainnya, hal tersebut tersebut :

1.         Kegagalan kedaulatan dan ketahanan ekonomi nasional. “Hal ini terlihat dari ketidakmampuan pemerintah dalam melindungi kekayaan alam dari eksploitasi dan penguasaan asing.

2.         Kegagalan melindungi industri kecil dan menengah dengan memberlakukan perjanjian perdagangan bebas atau Free Trade Agreement Asean-China.

3.         Kegagalan menegakkan negara hukum yang ditandai dengan kemerosotan wibawa aparatur penegak hukum serta skandal korupsi politik yang diduga melibatkan unsur-unsur yang terkait dengan pemerintah.

4.         Kegagalan mensejahterakan dan melindungi petani, buruh, nelayan, kaum miskin perkotaan dan buruh migran.

5.         Kegagalan mencerdaskan kehidupan bangsa dan menyehatkan bangsa

Bapak Presiden, demikian surat dari saya. Sebenarnya Bapak berada pada pihak yang diuntungkan dengan surat ini, surat ini sebagai konseling gratis dan bukan suara para pembual yang ongkang-ongkang terima duit dan sewa rumah dan fasilitas lainnya sedangkan kerjanya cumin tidur dan tandatangan kehadiran, tetapi surat ini dari saya untuk bapak pemimpin tertinggi Republik ini.




                                                            Ciawi, 31 Desember 2010

                                                            TTD

                                                            Alan Sutarlan

Senin, 27 Desember 2010

Kegagalan Nurdin dan Politik Adu kaki

Kegagalan Timnas Indonesia meraih angka akibat kalah 0-3 atas Malaysia pada leg pertama final AFF Suzuki Cup 2010 di Kuala Lumpur Minggu (26/12) malam adalah akibat politisasi oleh pengurus PSSI.
"Dengan melihat cara Timnas bermain dan juga mental para pemain di final leg pertama itu, jelas kekalahan ini akibat politisasi yang dilakukan pengurus PSSI yang terlalu menaruh harapan besar tanpa melihat kondisi yang sebenarnya," ujar pengamat Eddy Elison di Jakarta, Minggu (26/12).
Mantan pengurus PSSI ini memaparkan, pengurus PSSI demikian terlena dengan kemenangan-kemenangan yang telah dicapai Timnas di babak penyisihan grup hingga semifinal dan terlalu banyak mengklaim hal-hal yang hanya bersifat menguntungkan PSSI.
Saking terlena, lanjutnya, PSSI banyak membuat acara untuk Timnas seperti acara-acara seremonial dengan mengabaikan pembinaan mental pemain dan tidak memberikan fokus kepada pemain untuk mempersiapkan diri secara maksimal.
Eddy Elison menambahkan, para pemain Timnas belum cukup mental untuk menghadapi laga final dan pembinaan mental dan teknis merupakan salah satu kelemahan yang selama ini terjadi di PSSI dalam mempersiapkan tim.
"Pemain tidak perlu dibawa-bawa menghadiri berbagai macam acara, terpenting adalah bagaimana menyiapkan mental mereka. Baru saja mendapatkan kerikil kecil oleh gangguan sinar laser kok seperti sudah tidak berdaya."
"Saya tidak menentang acara pemanjatan doa, saya tidak menentang acara istighosah, dan saya tidak menentang pertemuan pemain dengan pejabat, tapi untuk sebuah Timnas yang jauh lebih penting adalah berikan mereka konsentrasi penuh mempersiapkan teknik dan mental," ujarnya.
Lebih dari itu, aspek politisasi demikian mencolok ketika PSSI menyinggung asal muasal dana yang selama ini menghidupi PSSI. Dan di sisi lain, Nurdin mengatakan skuad Timnas yang ada sekarang adalah hasil dari kompetisi Liga Super Indonesia yang dikelola PSSI sejak beberapa tahun lalu.
Eddy menyoroti peranan media elektronik (televisi) yang terlalu mengeksploitir para pemain, padahal skuad Timnas belum benar-benar teruji apalagi ketika ditambah pemain baru yang belum mengenal betul karakter dan atmosfer kompetisi di Tanah Air.
Dia mengingatkan, kemenangan-kemenangan besar yang dicapai di babak penyisihan hingga lolos ke final belum menjadi ukuran kekuatan Timnas sesungguhnya.
Dia juga mengatakan sistem pembinaan di PSSI benar-benar harus dirombak total, termasuk kepengurusannya.

"Malaysia, Thailand, maupun Vietnam, mereka baru saja tampil di Asian Games Guangzhou. Mereka sedang kelelahan dan banyak yang cedera, dan Malaysia berhasil melakukan pemulihan," katanya.
Secara khusus dia menyambung, "Saya kira sudah saatnya Nurdin Halid meletakkan jabatannya karena secara fundamental benar-benar sudah gagal dalam memajukan sepakbola di Tanah Air." (ant/ce1)

Rabu, 01 Desember 2010

UNESCO Akui Angklung Milik Indonesia

Jakarta - UNESCO secara resmi mengukuhkan angklung Indonesia ke dalam daftar representatif budaya takbenda warisan manusia (intangible cultural heritage of humanity). Artinya angklung diakui secara resmi sebagai budaya bangsa Indonesia.
"Kami yakin pengukuhan angklung ini akan memberikan dampak postif terhadap usaha perlindungan warisan budaya Indonesia di tingkat regional dan nasional," kata Dirjen Nilai Budaya, Seni dan Film, Kemenbudpar Tjetjep Suparman dalam siaran pers, Kamis (18/11/2010).
Dia menjelaskan, pengukuhan angklung ini merupakan salah satu upaya pemerintah Indonesia untuk mempertahankan dan melestarikan budaya Indonesia.
"Masyarakat Indonesia dan negara-negara tetangga akan memahami bahwa perlindungan warisan budaya merupakan suatu hal yang memungkinkan dan untuk mengukurnya bisa dilihat dari dukungan UNESCO melalui pelaksanaan konferensi ini," terangnya.
Pengesahan dilakukan pada sidang ke-5 Komite Antar-Pemerintah tentang perlindungan warisan budaya takbenda di Nairobi, Kenya. Pengesahan angklung dilakukan pada hari kedua setelah melalui proses evaluasi dan pembahasan.
"Pengesahan angklung tentu akan menarik minat para generasi muda untuk mempelajari dan memainkan angklung, terutama di institusi pendidikan yang secara khusus mengajarkan cara memainkan angklung, baik di Indonesia maupun mancanegara," terangnya.
Dia menjelaskan, pengesahan angklung ini juga diharapkan akan semakin mendukung perkembangannya sebagai warisan budaya Indonesia. Tercatat ada 132 negara yang meratifikasi konvensi UNESCO 2003 tentang perlindungan warisan budaya takbenda.

Selain angklung, UNESCO juga dalam kategori representative list telah menetapkan wayang, batik dan keris sebagai budaya Indonesia.