Saya heran, kenapa dewan juri tidak menyelamatkan Rumingkang ? Keberpihakan yang kurang pada seni tradisi, ternyata tidak hanya melanda penonton biasa, tapi sampai ke tingkat juri. Apa pada nggak tersentak, seni tradisi Indonesia kalah oleh budaya luar di depan mata sendiri, dalam jangkauan kita, di ‘rumah’ kita, oleh kita sendiri ?? Nanti, kalau diklaim negara tetangga, baru kelabakan dan nyumpah2. What’s wrong with us ?
Kalau kata Titi, dikasih tahu begitu, itu tanda sayang. Ini juga seperti itu. Saya pikir kita perlu mempertimbangkan kehadiran Titi yang terlalu meladeni respon penonton ( bereaksi tiap merasa tersindir, meski ucapan itu dilontarkan dalam suasana bercanda. Take it easy, will you ? Where’s your sense of humor ? ). Rumingkang kurang bagus malam ini, katanya. Spontan, terdengar koor ‘huu..’ dari tribun pendukung Rumingkang. Titi pun menimpali berulang-ulang ‘Rumingkang tidak bagus’, sampai penonton terdiam ( bentuk lain kepuasan ‘penaklukan’ ? ).
Rumingkang tidak bagus. Seingat saya, ke kandidat lain, tak ada yang setega itu. Oh my God, mereka baru 10 tahun ( dan luar biasa untuk ukuran usia mereka, bahkan dibanding sebagian senior mereka. Jumpalitan seperti itu ? Tari Jaipong jago. Tari Jawa, Bali, juga keren. Wow. Jangan matikan semangat mereka dengan perkataan ‘fatal’ seperti itu. Mental mereka belum sekuat kita yang sudah puluhan tahun mengenyam hidup. Anak bukan miniatur orang dewasa. Mereka punya pikiran dan emosinya sendiri. Don’t be too hard to them, ok ? ).
Kalau juri saja bisa selantang itu menyatakan tidak suka, bagaimana dengan penonton awam yang pengetahuan seninya pas-pasan ? Yang sedang belajar menyukai seni agar dikatakan gaul ( tidak disingkirkan dalam pergaulan, seperti yang melanda banyak remaja ). Trendi. Cenderung mengikuti perkataan/ perbuatan figur publik ( meski tidak tahu kualitas sebenarnya, karena hiperealitas dari sebagian media ). Dan, mereka ini jumlahnya banyak. Mayoritas. Mereka tentu jadi berpikir ulang, Rumingkang bagus tidak ? Semoga, komen ini menjadi renungan dewan juri dan penyelenggara ( tim IMB, TransTV, Supermi ).
Seperti kata Adie MS ; seni bangsa sendiri lebih mengundang respek bangsa lain. Lebih menonjol. Namun, perjuangan mengangkat dan mempopulerkan seni tradisi, serasa menarik gerbong berat dan orang enggan membantu. Padahal dampaknya besar, menyentuh perekonomian rakyat kecil, jika kita mampu menempatkan seni tradisi menjadi tuan di negeri sendiri.
Saya harap di IMB 2 ( audisinya akan segera dimulai ), ada maestro seni tradisi yang menjadi juri, dan menunjukkan keberpihakan yang jelas pada seni bangsa sendiri. Juri2 yang lebih matang, bijak dan berwawasan ke depan. Kita dukung penuh seni tradisi Indonesia. Jati diri bangsa kita. Inti ekonomi adalah nasionalisme. Dengan kebanggaan dan kerja keras kita maju, berjaya.
( Saya salut dengan anak2 Rumingkang. Teruskan perjuangan kalian melestarikan budaya bangsa, ya. Allah memberkahi kalian. Saya, dan warga Indonesia berterima kasih pada kalian. We owe you. Love you all ).
Sumber : http://anisavitri.wordpress.com